Kalau ada yang beranggapan bahwa budaya membaca bangsa kita masih rendah, sangatlah sulit dibantah. Tak perlu survey yang akan menghabiskan biaya mahal. Untuk mencari jawabannya, tinggal tanya saja pada diri kita sendiri. Berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk membaca dan berapa lama untuk bergosip, dan ngobrol yang ngak karuan? Berapa banyak buku yang kita miliki, dan berapa banyak pakaian yang ada di lemari? Berapa besar anggaran untuk membeli buku, dan berapa besar uang yang dihabiskan untuk biaya pulsa, jajan di cafe, makan di restoran, jalan-jalan ke tempat wisata, beli pakaian, atau anggaran tidak penting lainnya? Jawabannya akan menunjukkan seberapa kuat budaya melek baca pada diri kita.
Dan kalau ada yang mengatakan bahwa budaya membaca akan mencerminkan seberapa tinggi peradaban suatu bangsa, tak ada yang meragukannya. Mengapa? Karena memang budaya membaca akan berhubungan erat dengan tingkat pendidikan, tingkat penguasaan ilmu dan teknologi, dan kemajuan suatu bangsa.
Membaca buku dalam arti yang sangat luas merupakan pintu gerbang menuju dunia ilmu pengetahuan. Karenanya kecerdasan manusia akan meningkat, kebodohan akan lenyap, pengalaman akan bertambah, nalar akan semakin tajam, daya ingat akan semakin kuat, cakrawala pemahaman akan semakin luas. Dengan membaca buku kita akan menemukan segudang 'harta karun' yang tak ternilai harganya. Saat kita mengurai kata dan menyingkap makna dari lembaran-lembaran buku yang kita baca, maka pastilah ilmu kita bertambah.
Dan bagi seorang muslim, pentingnya membaca jelas tidak perlu diragukan lagi. Bukankah wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammmad SAW pun adalah perintah untuk membaca, "Bacalah Muhammad dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan!" (QS Al-Alaq:1).
Menghiasi badan kita dengan berbagai perhiasan mentereng tak ada yang melarang, namun juga jangan lupakan meluangkan waktu, menyisihkan uang belanja kita untuk membeli buku yang dapat memberikan pencerahan jiwa, penyegaran rohani, penguatan bathin, serta memperkaya pengalaman dan wawasan.
Sungguh tak ada ruginya menjadikan buku sebagai sahabat dan teman sejati kita, tentu saja yang dimaksud adalah buku-buku yang 'bergizi' kalau meminjam istilah Hernowo, pengarang buku 'Mengikat Makna". Karena, sebagai teman ia tak pernah membosankan. Sebagai sahabat ia tak pernah berkhianat. Ia dapat menjadi penghibur kita di kala duka, menjadi teman bicara di kala sendiri, menjadi teman kencan di kala kesepian.
Lewat rangkaian hurup, kata dan kalimat buah pikir pengarangnya, kita dapat menjelajah dunia dan menelusuri relung-relung fikiran sang penulis tanpa terhalang oleh batas waktu. Sejarah peradaban manusia, kejadian masa silam, duka lara sebuah bangsa, kebangkrutan dan kemajuan sebuah negara semuanya itu dapat kita ketahui melalui buku.
So, senja hari ini, aku ingin melupakan sejenak pikiran tentang Google Page Rank, memperbanyak traffic, membahas Manohara dan Prita Mulyasari, maupun hingarbingar perhelatan pesta demokrasi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Senja hari ini, aku hanya ingin mengajak, mari kita gelorakan terus SEMANGAT MEMBACA BUKU!!!
0 komentar:
Posting Komentar